MENJADI GURU SEKOLAH LUAR BIASA

Chapter 1

PENDAHULUAN


Saya mulai tertarik menjadi guru ketika saya di bangku SMP. Sebelum ingin menjadi guru, cita-cita saya adalah menjadi pramugari. tetapi cita-cita itu seakan luntur dan tidak saya kejar sepenuh hati ketika SMA. SMA adalah awal dari penapakan cita-cita, arah dan tujuan hidup saya. Guru-guru SMP saya sewaktu itu yang sampai sekarang masih saya ingat yaitu, Ibu Gres, Ibu Watimena, Pak Jon, Pak Suwondo, dan beberapa guru lain yang sangat memperhatikan saya, maklum sewaktu SMP dulu saya masuk dalam kategori anak miskin yang berprestasi, jadinya mungkin masuk dalam kategori "harus diperhatikan". Saya ingat betul, kelas 1 SMP saya mendapat beasiswa siswa miskin berprestasi yang diserahkan langsung oleh Pak Bupati pada saat upacara hari Guru di Lapangan Pemda Merauke. Saya sangat senang, uang itu langsung masuk di rekening saya sebesar Rp. 250.000,- yang pada tahun 1995 adalah sangat besar bagiku, apalagi orang tuaku memang tidak mengambil sepeserpun untuk keperluan rumah tangga, mereka memberi kepercayaan untuk saya dalam hal pengelolaan uang tersebut,. Dan itu sangat berbeda dengan para orang tua jaman sekarang yang keadaannya sama seperti saya dulu, miskin dan memiliki anak yang bersekolah, apabila anak mereka di beri bantuan berupa uang, uang tersebut pasti langsung di gunakan untuk keperluan makan dan rumah tangga... hmm... saya tak bisa berkata apa-apa... Perhatian para guru, dan ilmu yang di ajarkan seakan-akan memberi saya motivasi bahwa suatu saat nanti saya harus menjadi seperti mereka. Pada saat SMA saya mulai aktif mengikuti semua kegiatan extra kurikuler yang ada, saya mulai belajar berdiri di depan kelas, berbicara di forum, tampil di depan umum, dan selalu rajin mengikuti diskusi-diskusi umum. Kegiatan Pramuka dan Drumband yang rupanya sangat membantu pembentukan kepribadian dan kepercayaan diri saya. Karena SMA, jurusan yang saya ambil adalah IPA(Ilmu Pengetahuan Alam) maka setelah lulus SMA saya bergegas ke Manado untuk mengambil S1 alias kuliah sarjana, sarjana pendidikan matematika. Terus terang saya sangat -sangat tertarik untuk menjadi guru dan megajar di depan kelas. setelah berapa tahun berjuang di Manado, banyak peristiwa yang terjadi di kehidupan saya dan keluarga, saya terpaksa di panggil pulang oleh ibu dan melanjutkan kulia saya di STIA Karya Dharma selama 1 tahun, atau semester akhir pada saat itu, banyak mata kuliah saya yang gagal konversi, maklum dari jurusan Pendidikan Matematik ke Ilmu Administrasi, apa yang mau di konversi selain mata kuliah umum?.... Hal tersebut tidak menyulutkan semangat saya. Saya tetap menyelesaikan kuliah saya lanjutan dari kulia sebelumnya di Manado. Yah lulus dengan IPK 3,33 sebenarnya tidak cukup membuat saya puas. Tapi biarlah... dari pada melihat ke belakang,  lebih baik saya memperjelas nasib saya kedepan. Dengan tekad tetap ingin menjadi guru, saya mencari pekerjaan sementara yaitu sebagai pengajar di Sekolah Informal / Paket A, B dan C pada SKB Merauke. Tapi sebutan saya sewaktu mengajar mereka adalah tutor bukan guru. Sembari mengajar saya tetap mencari pekerjaan untuk menambah pengalaman kerja dan juga pengalaman hidup, dari mulai tukang cuci piring sampai pegawai asuransi, yang penting semua pekerjaan adalah halal, pasti saya kerjakan. Dengan terus berdoa dan meminta petunjuk Tuhan tentang jalan hidup saya, saya tetap sabar. Sabar itu berbuah kebaikan. Kuliah Jarak Jauh Akta IV Mengajar pun di buka, penyelenggara UNCEN Jayapura. Saya menjadi pendaftar pertama. Kuliah yang harusnya setahun di padatkan menjadi 1 semester dengan jam kuliah padat yaitu masuk jam 8 pagi pulang jam 6 sore. Memang saya rasa sangat berat, dengan tugas-tugas yang sangat ribet yang sebenarnya sangat-sangat saya syukuri pada saat sekarang,karena tugas- tugas tersebutlah yang memberi saya ilmu yang tak bisa di beli dengan uang. Setelah saya lulus kuliah ini sayapun memberanikan diri mengajar di beberapa sekolah. Sekolah sekolah tersebut adalah SMK St. Antonius Merauke, SMK Ampari Merauke, SMP YPK 2 Mopah Lama dan SD YPK Mopah Lama. Saya Sangat bersyukur karena pengalaman dan ilmu baru yang saya dapatkan dari pekerjaan tersebut. Dan sampai detik itu pun saya tetap percaya diri bersaing dengan guru-guru lain sekaliber SPd (Sarjana Pendidikan) murni dari pelajaran yang sama yang saya ajarkan yaitu PPKn.  Slogan saya waktu itu, HIDUP UNTUK BELAJAR dan BELAJAR UNTUK HIDUP, setiap hari adalah pembelajaran bagi saya. 
Foto bersama teman-teman seperjuangan SMP YPK 2 Merauke

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Penggunaan "IN, ON, dan AT" (Tempat)

Puisi Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Soal-Soal tentang NORMA-NORMA YANG BERLAKU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA